BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 16 Februari 2012

kwn

KEWARGANEGARAAN

BUDAYA POLITIK INDNESIA













OLEH:

SHILVY
XI CIBI
SMAN 1 PADANG
MEMPELAJARI PERKEMBANGAN POLITIK INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KEBUDAYAAN POLITIK
Budaya yang berasal dari kata ‘buddhayah’ yang berarti akal, atau dapat juga didefinisikan secara terpisah yaitu dengan dua buah kata ‘budi’ dan ‘daya’ yang apabila digabungkan menghasilkan sintesa arti mendayakan budi, atau menggunakan akal budi tersebut. Bila melihat budaya dalam konteks politik hal ini menyangkut dengan sistem politik yang dianut suatu negara beserta segala unsur (pola bersikap & pola bertingkah laku) yang terdapat didalamnya.
Sikap & tingkah laku politik seseorang menjadi suatu obyek penanda gejala-gejala politik yang akan terjadi pada orang tersebut dan orang-orang yang berada di bawah politiknya. Contohnya ialah jikalau seseorang telah terbiasa dengan sikap dan tingkah laku politik yang hanya tahu menerima, menurut atau memberi perintah tanpa mempersoalkan atau memberi kesempatan buat mempertanyakan apa yang terkandung dalan perintah itu. Dapat diperkirakan orang itu akan merasa aneh, canggung atau frustasi bilamana ia berada dalam lingkungan masyarakatnya yang kritis, yang sering, kalaulah tidak selalu, mempertanyakan sesuatu keputusan atau kebijaksanaan politik.
Golongan elit yang strategis seperti para pemegang kekuasaan biasanya menjadi objek pengamatan tingkah laku ini, sebab peranan mereka biasanya amat menentukan walau tindakan politik mereka tidak selalu sejurus dengan iklim politik lingkungannya. Golongan elit strategis biasanya secara sadar memakai cara-cara yang tidak demokratis guna menyearahkan masyarakatnya untuk menuju tujuan yang dianut oleh golongan ini. Kemerosotan demokratisasi biasanya terjadi disini, walaupun mungkin terjadi kemajuan pada beberapa bidang seperti bidang ekonomi dan yang lainnya.
Kebudayaan politik Indonesia pada dasarnya bersumber pada pola sikap dan tingkah laku politik yang majemuk. Namun dari sinilah masalah-masalah biasanya bersumber. Mengapa? Dikarenakan oleh karena golongan elite yang mempunyai rasa idealisme yang tinggi. Akan tetapi kadar idealisme yang tinggi itu sering tidak dilandasi oleh pengetahuan yang mantap tentang realita hidup masyarakat. Sedangkan masyarakat yang hidup di dalam realita ini terbentur oleh tembok kenyataan hidup yang berbeda dengan idealisme yang diterapkan oleh golongan elit tersebut. Contohnya, seorang kepala pemerintahan yang mencanangkan program wajib belajar 9 tahun demi meningkatkan mutu pendidikan, namun pada aplikasinya banyak anak-anak yang pada jenjang pendidikan dasar putus sekolah dengan berbagai alasan, seperti tidak memiliki biaya. Hal ini berarti idealisme itu tidak diimplikasikan secara riil dan materiil ke dalam masyarakat yang terlibat dibawah politiknya.
Idealisme diakui memanglah penting. Tetapi bersikap berlebihan atas idealisme itu akan menciptakan suatu ideologi yang sempit yang biasanya akan menciptakan suatu sikap dan tingkahlaku politik yang egois dan mau menang sendiri. Demokrasi biasanya mampu menjadi jalan penengah bagi atas polemik ini.
Indonesia sendiri mulai menganut sistem demokrasi ini sejak awal kemerdeka-annya yang dicetuskan di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Demokrasi dianggap merupakan sistem yang cocok di Indonesia karena kemajemukan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu Demokrasi yang dilakukan dengan musyawarah mufakat berusaha untuk mencapai obyektifitas dalam berbagai bidang yang secara khusus adalah politik. Kondisi obyektif tersebut berperan untuk menciptakan iklim pemerintahan yang kondusif di Indonesia. Walaupun demikian, perilaku politik manusia di Indonesia masih memiliki corak-corak yang menjadikannya sulit untuk menerapkan Demokrasi yang murni.
Corak pertama terdapat pada golongan elite strategis, yakni kecenderungan untuk memaksakan subyektifisme mereka agar menjadi obyektifisme, sikap seperti ini biasanya melahirkan sikap mental yang otoriter/totaliter. Corak kedua terdapat pada anggota masyarakat biasa, corak ini bersifat emosional-primordial. Kedua cirak ini tersintesa sehingga menciptakan suasana politik yang otoriter/totaliter.
Sejauh ini kita sudah mengetahui adanya perbedaan atau kesenjangan antara corak-corak sikap dan tingkah laku politik yang tampak berlaku dalam masyarakat dengan corak sikap dan tingkahlaku politik yang dikehendaki oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kita tahu bahwa manusia Indonesia sekarang ini masih belum mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Kenyataan tersebutlah yang hendak kita rubah dengan nilai-nilai idealisme pancasila, untuk mencapai manusia yang paling tidak mendekati kesempurnaan dalam konteks Pancasila.
Esensi manusia ideal tersebut harus dikaitkan pada konsep “dinamika dalam kestabilan”. Arti kata dinamik disini berarti berkembang untuk menjadi lebih baik. Misalkan kepada suatu generasi diwariskan suatu undang-undang, diharapkan dengan dinamika yang ada dalam masyarakat tersebut dapat menjadikan Undang-Undang tersebut bersifat luwes dan fleksibel, sehingga tanpa menghilangkan nilai-nilai esensi yang ada, generasi tersebut terus berkembang. Dinamika dan kemerdekaan berpikir tersebut diharapkan mampu untuk memperkokoh persatuan dan memupuk pertumbuhan.
Yang menjadi persoalan kini ialah bagaimana dapat menjadikan individu-individu yang berada di masyarakat Indonesia untuk mempunyai ciri “dinamika dalam kestabilan” yakni menjadi manusia yang ideal yang diinginkan oleh Pancasila. Maka disini diperlukanlah suatu proses yang dinamakan sosialisasi, sosialisasi Pancasila. Sosalisasi ini jikalau berjalan progressif dan berhasil maka kita akan meimplikasikan nilai-nilai Pancasila kedalam berbagai bidang kehidupan. Dari penanaman-penanaman nilai ini akan melahirkan kebudayaan-kebudayaan yang berideologikan Pancasila. Proses kelahiran ini akan memakan waktu yang cukup lama, jadi kita tidak bisa mengharapkan hasil yang instant terjadinya pembudayaan.
Dua faktor yang memungkinkan keberhasilan proses pembudayaan nilai-nilai dalam diri seseorang yaitu sampai nilai-nilai itu berhasil tertanam di dalam dirinya dengan baik. Kedua faktor itu adalah:
1. Emosional psikologis, faktor yang berasal dari hatinya
2. Rasio, faktor yang berasal dari otaknya
Jikalau kedua faktor tersebut dalam diri seseorang kompatibel dengan nilai-nilai Pancasila maka pada saat itu terjadilah pembudayaan Pancasila itu dengan sendirinya.
Tentu saja tidak hanya kedua faktor tersebut. Segi lain pula yang patut diperhaikan dalam proses pembudayaan adalah masalah waktu. Pembudayaan tidak berlangsung secara instan dalam diri seseorang namun melalui suatu proses yang tentunya membutuhkan tahapan-tahapan yang adalah pengenalan-pemahaman-penilaian-penghayatan-pengamalan. Faktor kronologis ini berlangsung berbeda untuk setiap kelompok usia.
Melepaskan kebiasaan yang telah menjadi kebudayaan yang lama merupakan suatu hal yang berat, namun hal tersebutlah yang diperlukan oleh bangsa Indonesia. Sekarang ini bangsa kita memerlukan suatu transformasi budaya sehingga membentuk budaya yang memberikan ciri Ideal kepada setiap Individu yakni berciri seperti manusia yang lebih Pancasilais. Transformasi iu memerlukan tahapan-tahapan pemahaman dan penghayatan yang mendalam yang terkandung di dalam nilai-nilai yang menuntut perubahan atau pembaharuan. Keberhasilan atau kegagalan pembudayaan dan beserta segala prosesnya akan menentukan jalannya perkembangan politik yang ditempuh oleh bangsa Indonesia di masa depan.


Budaya Politik di Indonesia
• Hirarki yang Tegar/Ketat
Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal-usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.
• Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.
• Kecendrungan Neo-patrimoniaalistik
Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:
• Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi
• Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas
• Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya
• Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan





NO POLITIK DI DESA POLITIK DI KOTA


NO POLITIK DI DESA POLITIK DI KOTA

Kamis, 09 Februari 2012

Efek Berantai Kasus Anas
BERITASATU.COM - "Terus terang ini beban buat Demokrat, tapi kami selalu siap menanggung konsekuensi beban itu."
Demikian pernyataan Syariefuddin Hasan, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat saat berkunjung ke kantor Beritasatu Media Holdings, Rabu (8/2) sore.
Bagi Syarief, mengubah wajah pengurus Partai Demokrat adalah salah satu kunci dari konsolidasi untuk mengangkat Demokrat dari keterpurukan.
"Itu sudah ada mekanismenya sesuai AD/ART partai, namun kami tetap berpegang teguh pada asas praduga tak bersalah," ujar pendiri Partai Demokrat itu.
Ketika ditanyakan apakah posisi Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam kasus dugaan suap Wisma Atlet SEA Games menjadi beban bagi Demokrat sehingga ketika masalah ini tuntas citra partai bisa pulih kembali untuk menyongsong Pemilu 2014, Syarief menjawab diplomatis.
"Memang kasus ini menjadi semacam multiplier effect (efek berantai) ke partai. Elektabilitas kami menurun dan ada perdebatan di dalam. Tapi kami yakin setelah (kasus) ini selesai Demokrat bisa rebound kembali," paparnya seraya mengingatkan partai ini masih memiliki pemilih loyalis (eligible voters).
Karena itu, Syarief berharap kasus dugaan suap Wisma Atlet SEA Games 2011 Palembang yang melilit Anas dan pengurus teras Demokrat lainnya bisa tuntas dalam dua bulan ke depan.
"Hal ini sejalan dengan arahan Ketua Dewan Pembina Demokrat Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang tetap mempercayai Anas, namun ketika KPK berkata lain ya otomatis mekanisme partai berlaku," jelas kader senior Demokrat yang kini menjabat Menteri Koperasi dan UKM.
Desakan agar Anas mundur dari jabatan ketua umum Partai Demokrat akibat ekses kasus Wisma Atlet tidak hanya muncul dari luar tapi juga internal Demokrat.
Posisi Demokrat justru terpuruk di tangan Anas yang didukung 325 cabang saat Kongres Demokrat di Bandung, Mei 2010.
"Yang penting loyalitas dan komitmen ke partai. Setahu saya, loyalitas kawan-kawan ke Pak SBY masih 100%. Itulah loyalitas yang tertinggi," papar Syariefuddin Hasan.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbanigrum menegaskan, isu desakan mundur dari jabatan ketua terkait namanya disebut-sebut tersandung kasus korupsi wisma atlet di Palembang, ditepis secara objektif.
"Begini, di partai ada mekanisme dan aturan main, jadi seluruh dinamika partai yang dijalankan sesuai AD/ART dan peraturan serta etika partai. Semua tahu secara objektif, saya bukan terdakwa, bukan tersangka, saksi saja tidak," katanya usai pelantikan pengurus DPC Demokrat Makassar, Sulawesi Selatan, di Karebosi, Rabu (8/2).
Terkait dengan adanya isu penonaktifan anggota DPR RI Angelina Sondakh dengan dugaan tersangka kasus wisma atlet, kata dia, belum mengetahui pasti sebab hal itu diserahkan sepenuhnya kepada Dewan Kehormatan partai untuk memutuskan.
Harus Solid
Menyikapi kemelut dan masa depan Demokrat, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Zaki Mubarok mengimbau para elite Partai Demokrat agar tidak mengumbar polemik internal partai yang saling menyudutkan ke publik karena akan semakin menurunkan popularitas dan elektabilitas partai.
"Agar popularitas dan elektabilitas Partai Demokrat yang sudah turun tidak terus menurun, hendaknya para elite Partai Demokrat bisa saling menahan diri, tidak saling menyerang dan menyudutkan di ruang publik," kata Zaki Mubarok..
Menurut dosen ilmu politik UIN Jakarta itu, pernyataan yang saling menyudutkan di antara elite Partai Demokrat turut memperkeruh suasana dan membuat kepercayaan publik terhadap partai itu semakin menurun.
Hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dipublikasikan, Minggu (5/2), menyimpulkan, dukungan masyarakat terhadap Partai Demokrat terus menurun sejak Januari 2010.
Dari hasil survei LSI itu, Partai Demokrat hanya berada di posisi ketiga (13,7%) setelah Partai Golkar (18,9%), dan PDI Perjuangan (14,2%).
Padahal, dari hasil survei oleh lembaga survei yang sama pada Juni 2011 menyimpulkan, Partai Demokrat berada di posisi kedua setelah Partai Golkar.
Dampaknya, kata Zaki, kepercayaan publik terhadap Partai Demokrat menurun, kepercayaan kader di daerah kepada pengurus pusat partai tersebut juga menurun.
"Banyak kader di daerah yang merasa kurang percaya diri dan malu ketika petinggi partainya di tingkat pusat saling menyerang satu sama lain," katanya.
Menurut dia, jika hal ini terus berlangsung maka perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2014 akan menurun tajam.
Zaki juga mengimbau agar Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Presiden Republik Indonesia, bersikap tegas guna meredam polemik di internal partai.
Lantas bagaimana suara kader Demokrat di daerah? Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Barat menyatakan akan patuh pada arahan dan pernyataan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono terkait akan melakukan aksi bersih-bersih terhadap kader yang bermasalah.
Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi DPD Partai Demokrat Jawa Barat Yan Rizal Usman, Senin, mengatakan, tindakan tegas berupa pemecatan langsung diberikan saat kader apabila sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh aparat penegak hukum.
"Partai Demokrat Jabar akan fatsun dan melaksanakan arahan serta keputusan Ketua Wanbin, suka atau pun tidak," ujar Yan ketika dihubungi tadi malam.
Menurutnya, sebelum arahan tersebut diucapkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, DPD Partai Demokrat Jawa Barat bahkan telah bersikap tegas dengan memecat kader-kader bermasalah, baik tersandung kasus korupsi, moral, narkoba atau kriminal.
"Bahkan di daerah ada temuan kader bermasalah secara hukum. Misalnya di Cianjur ada kader kena kasus korupsi, Karawang kena narkoba dan Purwakarta masalah moral. Dan mereka itu langsung diberhentikan," kata Yan.
Ia menuturkan, ketentuan tegas tersebut akan dijalankan pada Musyawarah Daerah (Musda) Partai Demokrat Jawa Barat.
Dikatakannya, DPD Partai Demokrat Jawa Barat juga mendukung langkah Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang tidak akan memisahkan proses hukum antara dugaan "money politic" dalam kongres dan kasus suap Wisma Atlet.






Alasan Nazaruddin Tak Gunakan Pengacara Asal Demokrat
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keengganan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menggunakan jasa kuasa hukum asal partai Demokrat, terjawab sudah. Nazaruddin ternyata tidak mau menjadi samsak Partai Demokrat seorang diri.
"Bang, gua bisa masuk ke jurang," kata Nazaruddin yang ditirukan OC Kaligis saat berbicara di Metro TV, Jakarta, Sabtu (13/8/2011).
OC Kaligis merupakan pengacara yang mendampingi Nazaruddin saat menjadi tersangka KPK. Saat dibekuk interpol Kolombia, OC Kaligis pun terbang menuju Bogota, Kolombia.
Kehadiran di Bogota, OC Kaligis justru dipersulit untuk bertemu Nazaruddin. OC Kaligis mengaku, baru bisa mengunjungi Nazaruddin selama lima menit saja. Atas hal ini, OC Kaligis pun menengarai bakal menghadapi tantangan serius saat akan mendampingi Nazaruddin setibanya di Indonesia.
"Saya menghadapi kekuasaan, masuk ke Mako saja, belum tentu bisa. Dan saya siap mendampingi, karena keadilan musti ditegakkan," sergahnya.

Rabu, 04 Januari 2012

komitmen moral terhadap konstitusi negasar indonesia

Komitmen moral terhadap terhadap konstitusi negara kita:

Sebagai generasi penerus Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita adalah aset terbesar bangsa ini untuk masa depan. Sudah seantasnyalah dan wajib bagi kita semua untuk menghargai dan menghormati konstitusi negara kita. Tentu diperlukan suatu tindakan nyata untuk mewujudkan rasa hormat terhadap konstitusi negara kita. Sebagai pelajar, dimasa sekarang ini salah satu bentuk nyata dari komitmen moral terhadap konstitusi negara kita adalah dengan belajar rajin dan giat. Dan memahami konstitusi negara kita, yaitu UUD 1945. Dengan mempelajarinya tentu kita akan mengerti dan memhami isi serta makna dari UUD 1945 itu sendiri, karna dengan pemahaman penuh dan jelaslah kita dapat menerapkan poim-poin yang terkandung didalamnya untuk kehiupan sehari-hari.
Kita juga harus dapat mengambil pengertian dari setiap pasal-pasal yang terkandung sehingga mendapatkan makna yang sesuai untuk kehidupan. Selain itu n yang terjadi yang menunjukkan sifatdari konstitusi negara kita yang fleksibel, sesuai dengan zaman nya. Tentu setelah memahami keseluruhannya kita akan lebih menyadari akan pentingnya suatu konstitusi disuatu negera, bagaikan suatu fondasi didalam suatu bangunan. Yang menentukan kuat atau tidaknya suatu bangunan, begitupun dengan fungsi konstitusi sebagai suatu negara.
Sudah sepantasnyalah kita mempelajari konstitusi negara kita dengan sungguh-sungguh sebagai generasi penerus bangsa ini. Karna kitalah yang akan melestarikannya agar senantiasa berfungsi utuh di kehidupan tana ada pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Dan untuk dimanfaat di masa yang akan datang apabila menjadi pemimpin dan apabila tidak harus digunakan sebagai pedoman hidup seorang warga negara yang baik. Yang berlandaskan kepada ideologi negara kita, yaitu pancasila.

Kamis, 29 September 2011

upaya pencegahan korupsi di indonesia

Upaya pemberantasan korupsi di indonesia.
Korupsi di indonesia sudah sangat tinggi. Perkembangan korupsi meningkat tiap tahunnya. Namun demikian, kita tentu tidak boleh pesimis begitu saja. Selama ada itikad baik untuk memberantas korupsi secara tegas, maka selama itu pula ada harapan untuk menghilangkan budaya korupsi dari bumi indonesia. Berikut ini dijelaskan upaya pemberantasan korupsi di indonesia
1. upaya preventif
Upaya pemberantasan korupsi secara preventif dapat dilakukan melalui:
a. pendidikanmoral agama yang ditanamkan sejak dini pada setiap orang, berupa kesadaran akan bahaya laten korupsi
b. meningkatkan kesadaran moral masyarakat untuk selalu menjaga perbuatannya sehingga tidak terperosok pada perbuatan kejahatan yang merugikan
c. meningkatkan kesadaran moral pada pejabat apatur negara dan penegak hukum agar kekuasaannya dijalankan sebagaimana seharusnya dan tidak sewenang-wenang.

2. upaya represif
Yaitu ditempuh dengan upaya hukum bagi pra pelaku korupsi. Pelaku korupsi jika ia terbukti bersalah maka ia tidak bisa lepas dari jeratan hukum. Upaya hukum dalam pemberantasan korupsi memerlukan aturan hukum tentng korupsi secara tegas. Aturan-aturan tersebut meliputi:
a. menetapkan berbagai peraturan perundang undangan tentang korupsi
b. dibentuknya berbagai badan hukum yang khusus mempunyai kewenangan luas, independent, serta bebas dari kekuasaan manapun, sehingga dengan tegas dan leluasa memberantas tindak pidana korupsi yang terjadi di indonesia.

Senin, 12 September 2011

hasil analisis cerpen

1. Cerpen
 Halaman 87 “Lelaki dengan Bekas Luka di Kepalanya”
1. Analisis cerpen (sudah)
2. Hal-hal yang menarik dari cerpen “Lelaki dengan Bekas Luka di Kepalanya” adalah alur cerita nya yang menggunakan alur mundur. Yaitu dimulai dengan menceritakan hal-hal yang mengenai dengan perwatakan setiap tokoh didalam keluarga tesebut. Yaitu :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
“tidak ada waktu untuk pulang ke Bali mengkuti berbagai upacara adat”
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar, aktif
“semasa mudanya itu aktif dalam kegiatan teruna-teruni di kota Singaraja sekarang seing memberikan dana punia untuk membangun desa....”
- anak ketiga, Mang Yul : santun
“adatnya santun sebagaimana diteladani oleh ibunya”
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
“tut sur bersimpuh dipangkuannya dengan pertanyaan seorang anak yang haus akan jawaban”
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
“....akhirnya Ia lari meninggalkan tempat itu”
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
Dari perwatakan yang telah ditampilkan cerita secara tidak langsung, hal terebut menjadi menarik bagi si pembaca. Apalagi didalam cerita juga dimasukkan kejadian kejadian yang pernah terjadi diluar cerita, sangat menarik dan membuat pembaca lebih mengerti. Alurnya yang menarik membuat kita penasaran untuk membacanya sampai habis, hingga menemukan jawaban dari rasa penasaran diawal membaca cerita. Akhir ceritaya juga sangat dramatis. “kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidupnya.”

3. Analisis unsur-unsur instrinsik
Unsur instrinsik dari cerita tersebut adalah:
- tema : hukum karma dan penyesalan
Karna hukum karma lah hal yang paling sering di ulang-ulang secara tersirat di dalam cerita : “kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidupnya.”
Karna dijelaskan didalam cerita bahwa bekas luka dijidat lelaki itu disbabkan karna kesalahan yang telah diperbuat oleh orangtuanya. Ini merupakan hukum karma dari kesalahan dimasa lampau, karna Ia telah membunuh seseorang dengan panahnya tepan dijidatnya.
-topik : bekas luka dijidatnseorang lelaki akibat hukum karma
-alur : alur mundur
Karna, dimulai dari penjelasan tentang cerita, barulah ke penyebab dari kejadian tersebut atau asal mula kenapa bapak itu hanya tinggal bertiga di rumah, tanpa ibunya. Dan juga barulah dijelaskan mengapa ada bekas luka dijidat lelaki itu.
- latar
*latar tempat : bali, halaman rumah (kebun bunga), hutan lindung dekat hutan cekik
“Lelaki yang duduk di atas kursi malas yang diletakkan dikebun bunga dengan halaman tertutup rerumputan hijau.”
*latar waktu : menjelang pagi
“Menjelang pagi istrinya mengeluh lantaran kandungannya merasa sakit.”
*latar sosial : hukum karma
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
- Penokohan :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
“tidak ada waktu untuk pulang ke Bali mengkuti berbagai upacara adat”
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar, aktif
“semasa mudanya itu aktif dalam kegiatan teruna-teruni di kota Singaraja sekarang seing memberikan dana punia untuk membangun desa....”
- anak ketiga, Mang Yul : santun
“adatnya santun sebagaimana diteladani oleh ibunya”
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
“tut sur bersimpuh dipangkuannya dengan pertanyaan seorang anak yang haus akan jawaban”
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
“....akhirnya Ia lari meninggalkan tempat itu”
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
- warga sekitar : kurang bijaksana dalam menilai orang lain
“berapa jauhkah surabaya? Banyak bus malam yang melintasi desa kita, tetapi kenapa dia tak datang?”
- istrinya : banyak permintaan
“keika istrinya hamil anak keempat itu, permintaan yang mudah dikabulkan adalah seekor babi guling yang lezat, harus dimasak sendiri, dan harus berasal dari babi hutan yang masih muda”
- Pak Man : sombong, hanya berbuat sesuka hatinya, tidak mau mendengarkan orang lain, sulit percaya terhadap suatu hal, berpendirian teguh.
“tidak terjadi apa-apa, bapak boleh makan abon ya?” padahal daerah itu merupakan daerah larangan mengkonsumsi daging sapi.

- Sudut pandang
*sudut pandang orang ketiga, karna cerita menggunakan “dia”. Orang ketiga yang mahatau atau serba tau yang mengetahui seluruh alur certa tanpa ikut di dalam cerita tersebut.

- Amanat
Kita tidak boleh berbohong didalam hidup ini. Dan segala sesuatu yang telah kita perbuat haruslah berani mempertanggungjawbkan nya, dan hindarilah hal-hal yang terlarang, seehingga menjauhkan kita dari masalah. Dan atas kesalahan apapun yang telah kita pebuat pasti akan mendapat balasan atau hukum karma.

4. Analisis nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen
Nilai- nilai yang terkandung didalam cerpen adalah:
- nilai moral, sebagai manusia kita tidak boleh asal bertindak. Terlebih lagi apabila telah mencelakakan orang lain. Kita harus berani mempertanggungjawabkan hasil dari perbuatan kita. Karna apapunyang kita lakukan tentu akan mendapatkan karma. Dan penyesalan hanya akan datang dikemudian hari.
- nilai budaya, yaitu didalam adat bali apabila ada acara adat alangkh baiknya apabila kita dapat berpartisipasi dalam adat tersebut. Kita harus meluangkan waktu untuk acra tersebut kecuali memang berada sangan jauh, karna apabila tidak terlalu juh makan akan menimbulkan prasangka dan akan terjadi omongan yang tidak baik yang akan berkembang di masyarakat.
5. Berikan tanggapan terhadap penokohan di dalam cerpen
Penokohan di dalam cerpen disajikan dengan cara yang sangat menarik dengan berbagai macam karakter, namun ada beberapa tokoh yang tidak ditampilkan perwatakannya atau karakternya. Berikut tanggapan saya mengenai penokohan di dalam cerpen :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
“tidak ada waktu untuk pulang ke Bali mengkuti berbagai upacara adat”
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar, aktif
“semasa mudanya itu aktif dalam kegiatan teruna-teruni di kota Singaraja sekarang seing memberikan dana punia untuk membangun desa....”
- anak ketiga, Mang Yul : santun
“adatnya santun sebagaimana diteladani oleh ibunya”
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
“tut sur bersimpuh dipangkuannya dengan pertanyaan seorang anak yang haus akan jawaban”
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
“....akhirnya Ia lari meninggalkan tempat itu”
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
- warga sekitar : kurang bijaksana dalam menilai orang lain
“berapa jauhkah surabaya? Banyak bus malam yang melintasi desa kita, tetapi kenapa dia tak datang?”
- istrinya : banyak permintaan
“keika istrinya hamil anak keempat itu, permintaan yang mudah dikabulkan adalah seekor babi guling yang lezat, harus dimasak sendiri, dan harus berasal dari babi hutan yang masih muda”
- Pak Man : sombong, hanya berbuat sesuka hatinya, tidak mau mendengarkan orang lain, sulit percaya terhadap suatu hal, berpendirian teguh.
“tidak terjadi apa-apa, bapak boleh makan abon ya?” padahal daerah itu merupakan daerah larangan mengkonsumsi daging sapi.

Rabu, 07 September 2011

DAKWAH RASULULLAH PRIODE MAKKAH

AGAMA

DAKWAH RASULULLAH PRIODE MAKKAH











SEJARAH DAKWAH RASULULLAH PRIODE MAKKAH
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH
Wahyu pertama turun
Seperti yang diriwayatkan dalah Shahih Bukhari- berkata, awal permulaan wahyu kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar. Beliau tidak melihat sesuatu mimpi, kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh. Kemudian beliau menyendiri di Gua Hira untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan mengambil bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat Jibril pada saat berada di Gua Hira.
Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah saw. menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Beliau mengatakan, lal malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku merasa lelah. Kemudian ia melepaskanku dan megnatakan, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak dapat membaca!’ Malaikan itu mengulanginya untuk yang ketiga sambil mengatakan, “Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah, dengann menyebut nama Rabbmu yang menciptakan.” (Al-’Alaq: 1)
Kemudian Rasulullah saw. pulang. Kepada isterinya, Khadijah, beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap diriku.” Khadijah menjawab, “Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain. Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Kemudian Khadijah pergi bersama Nabi saw. menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal. Waraqah pernah menulis kitab Injil berbahasa Ibrani. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudarmu.” Waraqah bertanya dan ketika Rasulullah saw. menceritakan peristiwa yang dialaminya, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah swt. kepada Nabi Musa a.s. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa. Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu.”
Rasulullah saw. bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kamu hadapi itu pasti aku akan membantumu sekuat tenagaku.”
Setelah itu, selama tiga tahun lamanya Rasulullah saw. berdakwah secara rahasia. Hingga kemudian turun surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan Rasulullah saw. agar berdakwah secara terang-terangan. “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musryik.”
Berdakwah secara terang-terangan
Rasulullah saw. pun menjalankan perintah itu. Berdakwah secara terang-terangan selama 10 tahun. Terutama di musim-musin haji. Beliau mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah. Berdakwah di Pasar ‘Ukkadz, Majannah, dan Dzul-Majaz. Beliau mengajak orang banyak untuk memeluk Islam dan menawarkan surga sebagai imbalan. Beliau sampaikan seluruh risalah Allah swt. yang sampai kepadanya ketika itu. Namun, tidak banyak yang mau menyambut ajakannya.
Bahkan Rasulullah saw. menemui banyak rintangan. Berbagai macam siksaan yang menyulitkan langkah dakwahnya datang dari masyarakat Mekkah. Tidak sedikit orang menuduh beliau sebagai orang gila, tukang sihir, atau dukun.
Dakwah Islam Periode Mekah

Dakwah Islam Periode Mekah

A. Mekah sebagai Titik Awal Dakwah Nabi
Nabi Muhammad saw terlahir di Kota Mekah. Di kota tersebut beliau menerima wahyu dari Allah, juga menyampaikan dakwah untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, Mekkah adalah tempat yang sangat penting dalam sejarah Islam.
Dalam tenggang waktu dua bulan setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad belum melakukan aktivitas dakwah. Namun beliau membiasakan bertahannus membersihkan diri di gua Hira. Baru setelah turun wahyu kedua, yaitu Surat al-Muddatsir [74]: 1-7 beliau mulai melakukan dakwahnya.


B. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah

1. Substansi Dakwah Nabi Muhammad saw Periode Mekah
a. Ajaran-ajaran Tauhid (Keimanan)
1. Mengajak masyarakat Arab untuk menyembah Allah swt dan meninggalkan berhala.
2. Beriman kepada rasul.
3. Beriman kepada hari akhir.
b. Ajaran-ajaran Akhlak
1. Mengajak manusia selalu berbuat baik, dan mau meninggalkan perbuatan dosa.
2. Mengajak manusia untuk saling mengasihi, menyayangi, dan saling menolong.
3. Dilarang membunuh, menganiaya, berdusta, dan mencuri.
4. Mengajak untuk mengasihi fakir miskin dan yatim piatu.

2. Strategi Dakwah Rasul Periode Mekah

Dakwah Rasulullah saw Periode Mekah dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Sembunyi-sembunyi.
Dilakukan dengan membatasi dakwahnya untuk orang-orang terdekatnya, para pemuda yang tidak puas dengan kondisi masyarakat Mekkah, dan orang-orang lemah, tertindas dan miskin yang membutuhkan pertolongan.
Dari kalangan keluarga, yang menerima dakwah beliau adalah istrinya, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah. Dari kalangan teman dekat, yaitu Attiq bin Usman (Abu Bakar).
Lewat Abu Bakar, orang yang turut memeluk Islam antara lain Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Zubair, Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid al-‘Adawi.
2. Terang-terangan.
Tahun ketiga kerasulan, Nabi Muhammad saw mulai berdakwah secara terang-terangan. Dakwah dengan cara inilah yang mulai memunculkan berbagai tekanan masalah. Kecaman dan makian muncul dari kalangan masyarakat Quraisy.


Penyebaran Islam di Mekah


1. Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rosul.
Ketika menginjak usia 40 tahun, tepatnya malam 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M, di waktu Muhammad Saw. sedang berkontemplasi di Gua Hira, Malaikat Jibril datang membawa wahyu dan menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, yaitu surat Al’Alaq ayat 1-5.

Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang juga penobatan Beliau sebagai nabi dan rosul bagi seluruh umat manuusia dan tugasnya untuk berdakkwah. Kejadian ini diceritakan kepada isterinya, Khadijah dan saat itu juga Khadijah mengimaninya. Dialah orang yang pertama beriman dan masuk Islam. Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rosul dibenarkan oleh pendeta Nasrani yang bernama Waraqah bin Naufal. Dua setengah tahun kemudian, Rosulullah SAW mwnerima wahyu yang kedua, yaitu surat Al- Muddassir ayat 1-7.

Dengan turunnya wahyu tersebut, maka jelaslah misi dakwah yang harus Rosulullah SAW lakukan dalam menyampaikan risalahnya. Misi tersebut antara lain mengajak manusia menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak pula di peranakkan serta tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal inilah permulaan perintah menyiarkan agama Allah kepada Seluruh Umat Manusia.

2. Dakwah Rosulullah
Dakwah Rosulullah memiliki dua karakter yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terdapat di lingkungan masyarakat Mekah. Syiar yang dilakukan beliau antara lain adalah secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.

a. Menyiarkan Islam secara Sembunyi-Sembunyi

Sesudah menerima wahyu kedua yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau berdakwahsecara sembunyi-sembunyi dan menyeru keluarganya yang terdekat. Mereka ada yang tinggal satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat. Seorang demi seorang di berikan pemahaman agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah yang Maha Esa. Berikut nama-nama yang mula-mula beriman kepada Rosulullah SAW:
1) Siti Khadijah (Isteri Rosulullah SAW)
2) Ali bin Abi Thalib (masih sangat muda) putra paman Rosulullah SAW, Abu Thalib
3) Zaid bin Harisah, budak Rosulullah SAW yang kemudian menjadi anak angkat
4) Abu Bakar Siddik (sahabat Rosulullah SAW)

Melalui Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk Islam, antara lain Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, dan lain-lain. Mereka di beri gelar As Sabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang terdahulu atau pertama-tama masuk islam. Mereka mendapatkan pelajaran tentang islam dari Rosulullah SAW secara langsung ditempat yang tersembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam di kota Mekah.

b. Menyiaarkan Islam secara Terang-Terangan

Nabi Muhammad SAW melakukan da’watul afrad , yaitu ajakan memeluk islam secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah lain selama tiga tahun. Kemudian turunlah surat Al Hijr ayat 94 yang memerintahkan Rosulullah agar menyerukan atau menyiarkan agama Islam secara terang-terangan atau tidak lagi dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Sejak saat itulah, Muhammad SAW menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka agar manusia menyembah hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya. Seruan yang bersifat umum ini awalnya di tunjukan kepada:
1) Kerabat-kerabatnya
2) Penduduk Mekah diberbagai lapisan masyarakat, baik bangsawan, hartawan, maupun hamba sahaya, tidak terkecuali dai kalangan bangsa quraisy
3) Kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Mekah untuk mengerjakan haji.

Pada mulanya mereka menganggap dakwah nabi Muhammad SAW sebagai:

1) Gerakan yang tidak mempunyai dasar dan tujuan
2) Gerakan yang tidak akan bertahan lama
3) Gerakan yang tidak perlu diacuhkan
4) Gerakan yang di pimpin oleh Muhammad SAW dan Beliau di anggap sudah tidak waras lagi (sakit jiwa).

Akan tetapi, dengan keyakinan dan bimbingan serta petunjuk Allah SWT, gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW semakin tersebar luas dan pengikutnya semakin bertambah banyak. seruan Nabi Muhammad SAW juga semakin tegas, lantang, ddan berani, bahkan memperjelas bahwa sesembahan (berhala) mereka adalah suatu kekeliruan dan sangat menyesatkan.

analisis cerpen1

1. Cerpen
 Halaman 87 “Lelaki dengan Bekas Luka di Kepalanya”
1. Analisis cerpen (sudah)
2. Hal-hal yang menarik dari cerpen “Lelaki dengan Bekas Luka di Kepalanya” adalah alur cerita nya yang menggunakan alur mundur. Yaitu dimulai dengan menceritakan hal-hal yang mengenai dengan perwatakan setiap tokoh didalam keluarga tesebut. Yaitu :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar
- anak ketiga, Mang Yul : santun
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
Dari perwatakan yang telah ditampilkan cerita secara tidak langsung, hal terebut menjadi menarik bagi si pembaca. Apalagi didalam cerita juga dimasukkan kejadian kejadian yang pernah terjadi diluar cerita, sangat menarik dan membuat pembaca lebih mengerti. Alurnya yang menarik membuat kita penasaran untuk membacanya sampai habis, hingga menemukan jawaban dari rasa penasaran diawal membaca cerita. Akhir ceritaya juga sanagat mendukung tema, berupa hukum karma yang menimpa anak dari lelaki itu.
3. Analisis unsur-unsur instrinsik
Unsur instrinsik dari cerita tersebut adalah:
- tema : hukum karma
Karna dijelaskan didalam cerita bahwa bekas luka dijidat lelaki itu disbabkan karna kesalahan yang telah diperbuat oleh orangtuanya. Ini merupakan hukum karma dari kesalahan dimasa lampau, karna Ia telah membunuh seseorang dengan panahnya tepan dijidatnya.
-topik : bekas luka dijidatnseorang lelaki akibat hukum karma
-alur : alur mundur
Karna, dimulai dari penjelasan tentang cerita, barulah ke penyebab dari kejadian tersebut atau asal mula kenapa bapak itu hanya tinggal bertiga di rumah, tanpa ibunya. Dan juga barulah dijelaskan mengapa ada bekas luka dijidat lelaki itu.
- latar
*latar tempat : bali, di rumah, hutan lindung deket hutan cekik
*latar waktu : sudah berlalu
*latar sosial : hukum karma
- Penokohan :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
Karna Ia tidak pernah meghadiri acara adat.
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar
- anak ketiga, Mang Yul : santun
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
- warga sekitar : kurang bijaksana dalam menilai orang lain
Karna Ia hanya bisa membicarakan orang, meskipun Ia belum tau kebenarannya.
- istrinya : banyak permintaan
- Pak Man : sombong, hanya berbuat sesuka hatinya, tidak mau mendengarkan orang lain, sulit percaya terhadap suatu hal, berpendirian teguh.

- Sudut pandang
*sudut pandang orang ketiga, karna cerita menggunakan “dia”. Orang ketiga yang mahatau atau serba tau yang mengetahui seluruh alur certa tanpa ikut di dalam cerita tersebut.

- Amanat
Kita tidak boleh berbohong didalam hidup ini. Dan segala sesuatu yang telah kita perbuat haruslah berani mempertanggungjawbkan nya, dan hindarilah hal-hal yang terlarang, seehingga menjauhkan kita dari masalah. Dan atas kesalahan apapun yang telah kita pebuat pasti akan mendapat balasan atau hukum karma.

4. Analisis nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen
Nilai- nilai yang terkandung didalam cerpen adalah:
- nilai moral, sebagai manusia kita tidak boleh asal bertindak. Terlebih lagi apabila telah mencelakakan orang lain. Kita harus berani mempertanggungjawabkan hasil dari perbuatan kita. Karna apapunyang kita lakukan tentu akan mendapatkan karma. Dan penyesalan hanya akan datang dikemudian hari.
- nilai budaya, yaitu didalam adat bali apabila ada acara adat alangkh baiknya apabila kita dapat berpartisipasi dalam adat tersebut. Kita harus meluangkan waktu untuk acra tersebut kecuali memang berada sangan jauh, karna apabila tidak terlalu juh makan akan menimbulkan prasangka dan akan terjadi omongan yang tidak baik yang akan berkembang di masyarakat.
5. Berikan tanggapan terhadap penokohan di dalam cerpen
Penokohan di dalam cerpen disajikan dengan cara yang sangat menarik dengan berbagai macam karakter, namun ada beberapa tokoh yang tidak ditampilkan perwatakannya atau karakternya. Berikut tanggapan saya mengenai penokohan di dalam cerpen :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
Karna Ia tidak pernah meghadiri acara adat.
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar
- anak ketiga, Mang Yul : santun
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
- warga sekitar : kurang bijaksana dalam menilai orang lain
Karna Ia hanya bisa membicarakan orang, meskipun Ia belum tau kebenarannya.
- pembatunya : tidak diceritakan
- istrinya : banyak permintaan
- Pak Man : sombong, hanya berbuat sesuka hatinya, tidak mau mendengarkan orang lain, sulit percaya terhadap suatu hal, berpendirian teguh.




















2. PUISI
Perjalanan Hidup

Perjalanan hidup akan terus berjalan
Pagi berganti siang
Siang berganti malam
Dan malampun berganti pagi
Ketika pagi datang menjelang
Para pedagang telah menunggu pelanggannya
Para supir telah menjemput pelanggannya
Dan tak kalah pula dengan pemulung sampah jalanan
Perjalanan hidup akan terus berjalan
Akankah kita akan berdiam diri
Diam akan kersnya hidup ini
Dan terjerat oleh akar kehidupan
Ataukah kita akan bangkit
Bangkit dan berjuang demi kehidupan
Itu semua ada ditanganmu
Berjuanglah demi kehidupan....

*persoalan dalam puisi :
Puisi diatas mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah sebuah perjalan. Semua orang telah bersiap diri demi kehidupan yang diinginkannya. Dan bagaimana dengan kita? Kita juga tidah boleh berdiam diri, karna waktu akan terus berjalan, waktu tidak pernah menunggu kita. Kita akan mejadi orang yang ketinggalan dan tidak berguna apabila tidak mau bertindak dan berjuang demi kehidupan sekarang dan yang akan datang. Mulailah berjuang dengan penuh semangat demi kehidupan kita. Karna orang orang yang berhasil adalah orang yang senantiasa berjuang dalam hidupnya untuk meraih apapun yang diinginkannya. Karna hanya dengan usaha yang gigih lah kita dapat menggapai tujuan dari hidup yang sesungguhnya.


3. Paragraf Ekspositoris

Tema : Penyakit
Topik : Penyakit asma

*Kerangka karangan:
Judul  Penyakit Asma
1. Pengertian asma
- penjelasan asma
- tempat kebanyakan penderita asma
- penyebab asma

2. Gejala asma
- Pernapasan berbunyi - Dada terasa sempit
- Sesak nafas - Sulit bicara
- Batuk - Sulit mengatur nafas

3. Langkah menghindari asma
- Menjauhi faktor
- Obat-obatan
- Untuk melonggarkan saluran pernapasan





Penyakit Asma
Penyakit Asma adalah suatu penyakit kronik atau menahun yang menyerang saluran pernafasan pada paru-paru, dimana terdapat peradangan pada dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. Penyakit Asma paling banyak ditemukan di negara maju, terutama yang tingkat polusi udaranya tinggi, baik dari asap kendaraan maupun debu. Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Tapi diperkirakan disebabkan oleh faktor keturunan, alergi, kelainan dan lingkungan.
Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya adalah pernafasan berbunyi terutama saat mengeluarkan nafas. Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdegar adalah penderita asma. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran pernafasan. Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin. Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya. Prinsip dasar penanganan serangan asma adalah dengan pemberian obat-obatan baik suntikan, syrup ventolin atau nebulizer (gas salbutamol) untuk membantu melonggarkan saluran pernafasan.








4. Paragraf Deskriptif

Tema : Suasana rumah kakek
*Kerangka karangan
Judul  Rumah Kakek
1. Rumah kakek tempat berkumpul keluarga
- lokasi
- waktu yang diperlukan ke rumah kakek
- budaya masyarakat

2. Suasana dipagi hari
- ayam berkokok, burung berterbangan
- matahari mulai naik
- suasana halaman
- penduduk pergi berkerja ke kebun

3. Aktivitas warga desa di pagi hari
- ibu-ibu menuju pasar
- aktivitas tetangga
- ada yang berternak bebek

3. Suasana halaman belakang rumah kakek
- hobi kakek berkebun
- isi kebun
- aktivitas di kebun
- kolam ikan
Rumah Kakek

Rumah kakek adalah tempat berkumpulmya keluarga besar ku setiap hari lebaran idul fitri. Rumah kakek terletak di daerah perbatasan antara Sumatra Barat dan Riau, tepatnya di Pangkalan Koto Baru. Dibutuhkan waktu sekitar 7 jam apabila kita berangkat dari Padang menggunakan mobil. Suasana di sini sangatlah menyenangkan, suhunya pada malam hingga pagi sangat dingin namun di siang hari sangat panas. Disini warganya hidup berdasarkan budaya, dan sangatlah bersifat tradisional.
Pagi itu tepatnya pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara ayam berkokok membangunkan orang-orang yang sedang tertidur. Serta dapat kulihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Matahari mulai memancarkan cahayanya. Aku berjalan keteras didepan rumah tepat dihadepan halaman rumah ada sebuah jalan kecil tempat berlalu lintas warga desa dan terlihat kebun yang berupa hutan rimbun ditanami berbagai tanaman yang menghijau, begitu indah, dan menyejukkan suasana.
Pagi ini terlihat sangat sibuk, terlihat ibu-ibu yang berjalan menyusuri jalan dea yang sempit pergi kepasar untuk membeli kebutuhan yang tidak mereka dapatkan dari kebun. Wajar saja karna warga desa disini pada umumnya mendapat berbagai bahan makanan dari kebunnya. Tetanggaku seorang peternak bebek juga idak kalahnya dengan orang-orang. Pagi hari Ia sudah mengiring bebeknya untuk mencari makanan ke sawah. Sungguh pemandangan yang sangat menarik untuk dinikmati ketika bangun tidur.
Dihalaman rumah kakek juga masih terdapat kebun yang sanagt luas. Rumah kakek memang dikelilingi oleh kebun kakek yang sangat luas. Karna kakek ku sangat hobi berkebun. Hampir setiap hari Ia mengelilingi kebunnya untuk diberseihkan atau sekedar melihat lihat saja. Kebunnya terdisi dari bemacam macam tumbuhan, yang paling banyak adalah pohon rambutan dan pohon duren, namun masih ada banyak tanaman lagi seperti pohon cokelat, jeruk, labu, kelapa, dll. Disini juga terdapat kolam ikan yang sangat luas, biasanya saya dan sepupu yang lain bermain perahu. Sungguh tempat yang sangat menarik dan sangat sulit untuk ditemukan.