BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 12 September 2011

hasil analisis cerpen

1. Cerpen
 Halaman 87 “Lelaki dengan Bekas Luka di Kepalanya”
1. Analisis cerpen (sudah)
2. Hal-hal yang menarik dari cerpen “Lelaki dengan Bekas Luka di Kepalanya” adalah alur cerita nya yang menggunakan alur mundur. Yaitu dimulai dengan menceritakan hal-hal yang mengenai dengan perwatakan setiap tokoh didalam keluarga tesebut. Yaitu :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
“tidak ada waktu untuk pulang ke Bali mengkuti berbagai upacara adat”
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar, aktif
“semasa mudanya itu aktif dalam kegiatan teruna-teruni di kota Singaraja sekarang seing memberikan dana punia untuk membangun desa....”
- anak ketiga, Mang Yul : santun
“adatnya santun sebagaimana diteladani oleh ibunya”
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
“tut sur bersimpuh dipangkuannya dengan pertanyaan seorang anak yang haus akan jawaban”
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
“....akhirnya Ia lari meninggalkan tempat itu”
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
Dari perwatakan yang telah ditampilkan cerita secara tidak langsung, hal terebut menjadi menarik bagi si pembaca. Apalagi didalam cerita juga dimasukkan kejadian kejadian yang pernah terjadi diluar cerita, sangat menarik dan membuat pembaca lebih mengerti. Alurnya yang menarik membuat kita penasaran untuk membacanya sampai habis, hingga menemukan jawaban dari rasa penasaran diawal membaca cerita. Akhir ceritaya juga sangat dramatis. “kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidupnya.”

3. Analisis unsur-unsur instrinsik
Unsur instrinsik dari cerita tersebut adalah:
- tema : hukum karma dan penyesalan
Karna hukum karma lah hal yang paling sering di ulang-ulang secara tersirat di dalam cerita : “kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidupnya.”
Karna dijelaskan didalam cerita bahwa bekas luka dijidat lelaki itu disbabkan karna kesalahan yang telah diperbuat oleh orangtuanya. Ini merupakan hukum karma dari kesalahan dimasa lampau, karna Ia telah membunuh seseorang dengan panahnya tepan dijidatnya.
-topik : bekas luka dijidatnseorang lelaki akibat hukum karma
-alur : alur mundur
Karna, dimulai dari penjelasan tentang cerita, barulah ke penyebab dari kejadian tersebut atau asal mula kenapa bapak itu hanya tinggal bertiga di rumah, tanpa ibunya. Dan juga barulah dijelaskan mengapa ada bekas luka dijidat lelaki itu.
- latar
*latar tempat : bali, halaman rumah (kebun bunga), hutan lindung dekat hutan cekik
“Lelaki yang duduk di atas kursi malas yang diletakkan dikebun bunga dengan halaman tertutup rerumputan hijau.”
*latar waktu : menjelang pagi
“Menjelang pagi istrinya mengeluh lantaran kandungannya merasa sakit.”
*latar sosial : hukum karma
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
- Penokohan :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
“tidak ada waktu untuk pulang ke Bali mengkuti berbagai upacara adat”
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar, aktif
“semasa mudanya itu aktif dalam kegiatan teruna-teruni di kota Singaraja sekarang seing memberikan dana punia untuk membangun desa....”
- anak ketiga, Mang Yul : santun
“adatnya santun sebagaimana diteladani oleh ibunya”
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
“tut sur bersimpuh dipangkuannya dengan pertanyaan seorang anak yang haus akan jawaban”
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
“....akhirnya Ia lari meninggalkan tempat itu”
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
- warga sekitar : kurang bijaksana dalam menilai orang lain
“berapa jauhkah surabaya? Banyak bus malam yang melintasi desa kita, tetapi kenapa dia tak datang?”
- istrinya : banyak permintaan
“keika istrinya hamil anak keempat itu, permintaan yang mudah dikabulkan adalah seekor babi guling yang lezat, harus dimasak sendiri, dan harus berasal dari babi hutan yang masih muda”
- Pak Man : sombong, hanya berbuat sesuka hatinya, tidak mau mendengarkan orang lain, sulit percaya terhadap suatu hal, berpendirian teguh.
“tidak terjadi apa-apa, bapak boleh makan abon ya?” padahal daerah itu merupakan daerah larangan mengkonsumsi daging sapi.

- Sudut pandang
*sudut pandang orang ketiga, karna cerita menggunakan “dia”. Orang ketiga yang mahatau atau serba tau yang mengetahui seluruh alur certa tanpa ikut di dalam cerita tersebut.

- Amanat
Kita tidak boleh berbohong didalam hidup ini. Dan segala sesuatu yang telah kita perbuat haruslah berani mempertanggungjawbkan nya, dan hindarilah hal-hal yang terlarang, seehingga menjauhkan kita dari masalah. Dan atas kesalahan apapun yang telah kita pebuat pasti akan mendapat balasan atau hukum karma.

4. Analisis nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen
Nilai- nilai yang terkandung didalam cerpen adalah:
- nilai moral, sebagai manusia kita tidak boleh asal bertindak. Terlebih lagi apabila telah mencelakakan orang lain. Kita harus berani mempertanggungjawabkan hasil dari perbuatan kita. Karna apapunyang kita lakukan tentu akan mendapatkan karma. Dan penyesalan hanya akan datang dikemudian hari.
- nilai budaya, yaitu didalam adat bali apabila ada acara adat alangkh baiknya apabila kita dapat berpartisipasi dalam adat tersebut. Kita harus meluangkan waktu untuk acra tersebut kecuali memang berada sangan jauh, karna apabila tidak terlalu juh makan akan menimbulkan prasangka dan akan terjadi omongan yang tidak baik yang akan berkembang di masyarakat.
5. Berikan tanggapan terhadap penokohan di dalam cerpen
Penokohan di dalam cerpen disajikan dengan cara yang sangat menarik dengan berbagai macam karakter, namun ada beberapa tokoh yang tidak ditampilkan perwatakannya atau karakternya. Berikut tanggapan saya mengenai penokohan di dalam cerpen :
- anak tertua, Putut : bersifat kurang peduli, pintar, dan sudah sukses
“tidak ada waktu untuk pulang ke Bali mengkuti berbagai upacara adat”
- anak yang ke dua, Dek Gung : bersifat ramah, suka menolong, pintar, aktif
“semasa mudanya itu aktif dalam kegiatan teruna-teruni di kota Singaraja sekarang seing memberikan dana punia untuk membangun desa....”
- anak ketiga, Mang Yul : santun
“adatnya santun sebagaimana diteladani oleh ibunya”
- anak keempat, Tut Sur: suka bertanya dengan memaksa, sehingga orang tuanya merasa bersalah.
“tut sur bersimpuh dipangkuannya dengan pertanyaan seorang anak yang haus akan jawaban”
- bapak dari anak anaknya bersifat tidak memauhi peraturan, pembohong, pengecut, tidak mau mengakui kesalahan, penyesalan yang datang terlambat.
“....akhirnya Ia lari meninggalkan tempat itu”
“kenapa tidak kau lubangi saja kepala ku agar anak ku ini tidak menjalani siksa seumur hidpnya.”
- warga sekitar : kurang bijaksana dalam menilai orang lain
“berapa jauhkah surabaya? Banyak bus malam yang melintasi desa kita, tetapi kenapa dia tak datang?”
- istrinya : banyak permintaan
“keika istrinya hamil anak keempat itu, permintaan yang mudah dikabulkan adalah seekor babi guling yang lezat, harus dimasak sendiri, dan harus berasal dari babi hutan yang masih muda”
- Pak Man : sombong, hanya berbuat sesuka hatinya, tidak mau mendengarkan orang lain, sulit percaya terhadap suatu hal, berpendirian teguh.
“tidak terjadi apa-apa, bapak boleh makan abon ya?” padahal daerah itu merupakan daerah larangan mengkonsumsi daging sapi.

0 komentar: